Sambutan Hari Sumpah Pemuda 2021 ~ Ketua IGTI

Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Selamat dan salam inklusif, edukatif, progresif untuk kita semua.
Saudara-saudari yang berbahagia, kita semua mengetahui bahwa tonggak Negara ini berdiri adalah perjuangan rakyat. Perjuangan itu tergoreskan dengan apik melalui tinta sejarah. Bangsa ini adalah bangsa sejarah, bersejarah dan menghormati serta menghargai nilai-nilai sejarah sebagai pengalaman yang dapat dijadikan motivasi berperilaku. Salah satu perjuangan sejarah yang dapat kita ambil nilai historisnya adalah peristiwa sumpah pemuda.
Sumpah pemuda adalah peristiwa berkumpulnya para pemuda pada 28 Oktober 1928, 93 tahun silam untuk menyatukan komitmen, pandangan dan falsafah bernegara. Para pemuda dari berbagai latar belakang, etnis, suku, ras, agama dan budaya bertekad sama dan bersama-sama bertekad untuk membuat fondasi yang kokoh atas Negara tercinta. Ketiga fondasi itu terwujud dari ikrar janji dari hati untuk setia, rela berkorban dan cinta akan Negara kesatuan. Komitmen itu merupakan parameter bangsa dalam bergerak dan bertindak dimana setiap warga Negara Indonesia wajib untuk mencintai bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa, melestarikannya dan bangga menggunakannya meskipun dikancah internasional.
Hal ini bukan berarti adanya larangan bagi masyarakat mempelajari bahasa asing. Bahasa asing pun perlu untuk menunjang keilmuan dan kemajuan teknologi global. Akan tetapi, yang perlu digaris bawahi adalah kecintaan kepada bahasa persatuan ini. Hal ini dapat diwujudkan dengan berusaha mempelajari bahasa Indonesia yang dikaidahkan agar tidak punah dan tetap lestari sepanjang masa.
Saudara-saudari yang berbahagia, kewajiban selanjutnya bagi bangsa dan masyarakat ini adalah menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan terselanggaranya kongres sumpah pemuda, Negara ini telah berhasil membuktikan kepada dunia akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Keegoisan serta pandangan akan suku, etnis dan ras tertentu yang lebih baik dapat menjadi penghalang kemajuan bangsa, bahkan dapat menimbulkan perpecahan yang berdampak intoleran dan permusuhan.
Para pemuda pada waktu itu, dari berbagai kalangan, dari berbagai organisasi kesukuan, dari berbagai organisasi terpelajar tersadarkan akan pentingnya nilai persatuan untuk mengusir penjajah dan meraih kemerdekaan sejati. Mereka rela menghempaskan keegoisan mereka demi terwujudnya Negara kesatuan republic Indonesia dengan bersama berjuang dalam keberagaman.
Hal ini yang hendaknya diambil sebagai nilai filosofis untuk kemajemukan bangsa dan kemajuan Indonesia tangguh. Peran serta masyarakat tidak lagi dipandang berdasarkan suku, ras, budaya dan keberdayaan fisik, sensorik, mental dan intelektual. Peran masyarakat dioptimalkan sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan dengan nilai keadilan, bukan lagi dengan kesetaraan. Jika hal ini benar dilakukan, dan dilakukan dengan benar, tidak menutup kemungkinan keajaiban akan tejadi bagi Negara ini, sebagaimana sumpah pemuda yang memotori kemerdekaan bangsa.
Saudara-saudari yang berbahagia, kewajiban selanhjutnya adalah bangsa ini, warga ini, masyarakat ini harus rela menumpahkan darahnya untuk mempertahankan kesatuan, persatuan Negara yang beragam. Ketika ada ancaman datang dari luar, ketika ada serangan dari luar yang mengancam persatuan bangsa, kita sebagai warga Negara wajib dan siap sedia mempertahankan Negara tercinta ini.
Cinta tumpah darah Indonesia dapat pula dimaknai sebagai antisipasi bangsa dengan mengokohkan peran pendidikan. Pendidikan berkualitas dan berkarakter untuk semua dapat menanamkan rasa cinta kepada bangsa dan Negara. Dengan pendidikan yang dimaksud, Indonesia lebih aktif dan berperan serta dalam kemerdekaan abadi bagi seluruh bangsa Indonesia, kemerdekaan abadi bagi seluruh dunia. Untuk itu, mari kita renungkan kembali makna historis sumpah pemuda untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara.
Saudara-saudari yang berbahagia, untuk mengakhiri kesempatan yang berbahagia ini saya mengajak untuk kita semua berikrar kembali dimana ikrar itu bergemuruh 93 tahun lalu, mari cermati dan ikuti:
• Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
• Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
• Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Wassalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Bima Kurniawan
Ketua IGTI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Lewat ke baris perkakas